Rabu, 03 Agustus 2011





Modifikasi Motor Neo Klasik

Saya ILAS BOB, Menerima pesanan motor modif ikasi neoklasik (konsep saya sendiri), saya terima pesanan motor sudah jadi atau motor punya Anda sendiri seperti Honda 70, S 90, CB,GL100,GL Pro. Suzuki thunder,A.100, GT. Yamaha L2g, Kawasaki Binter Mercy, motor bebek all type bahkan motor matic. saya tidak memodifikasi mesin, hanya merubah bentuk knalpot, jok, spakbor ban depan & belakang serta menambah aksesoris karya sendiri pada tangki, besi behel. saya Tidak merubah bentuk standar baik itu rangka atau pun mesin.(seandainya klien mau merubah atau bikin rangka sesuai keinginan maka ada budget khusus untuk rangka)...konsep ini saya ciptakan atas dasar menciptakan motor modifikasi yg lain dari biasa dengan harga terjangkau tapi bisa tetap eksis dan nyentrik, nyaman dipakai plus nyaman di budget (dengan harga 7-9 juta Anda sudah terima jadi motor modifikasi klasik. Untuk modifikasi jika anda mengirimkan motor sendiri budgetnya 5 jt diluar ongkos kirim dan perbaikan mesin. akan tetapi jika ada perbaikan sedikit2, saya bisa perbaiki). gambar diatas, adalah beberapa sample dari karya saya. modifikasi motor Honda GL100 th 82, CB 100 dan GLK 100 tahun 1993. call/sms untuk negosiasi harga di: 02291626665 / 085721079767

Selasa, 23 Februari 2010

All About Chopper 2
















Di even tahunan,Indonesia International Motor Show (IIMS) 2009 ini komunitas pengguna motor chopper menyempatkan diri untuk hadir pada tanggal 26 Juli 2009. Salah satu dari deretan motor chopper yang diparkir dekat dengan tempat test ride motor Minerva dan mobil Proton,ada yang menarik. Yup..kesannya benar-benar poser banget! Ownernya ternyata seorang HD Mania. Bro Bowo Wirono yang memiliki bengkel Gumbel Wero Chopper yang berlokasi di Jl. Teuku Umar No.5, Menteng, Jakarta. "Kebetulan,saya hanya menggarap motor Harley-Davidson. Mau custom seperti apapun silahkan bila berminat" sembari berujar masih ada lima HD lagi di bengkelnya. Berbasis mesin Harley-Davidson shovelhead V Twin tahun 1976. Merupakan salah satu mesin legendaris HD yang diproduksi rentang waktu 1966 hingga 1984, berpendingin udara, dengan sudut 45 derajat, berkapasitas 1200 cc. Meskipun HD ini tergolong berumur namun jangan sangsikan performanya, mesin mudah dihidupkan dan tidak ada trouble sama sekali. Larinyapun handal,mampu turing bersama motor HD jebolan tahun baru.Tentu saja ini berkat tangan dingin sang owner. Sejatinya setahun silam bisa dibilang motor dalam kondisi apa adanya. Namun gatal juga,keinginan untuk tampil beda sudah tak kuasa ditahan.Sehingga pada akhirnya bro Bowo mendatangkan nyaris seluruh part yang melekat pada motor tunggangannya langsung dari negeri Paman Sam. Dalam tempo kurang lebih 6 bulan maka jadilah seperti sekarang ini. Dirakit penuh kesabaran dan tentu saja dengan hati. Karet bundar sengaja dipilih ban Maxxis tipe Classic dengan wall berwarna putih. Ingat, ini bukan tempelan.Namun sudah bawaan dari pabriknya. Pemilihan karet bundar ini tentu saja memperkuat kesan klasik. Bagian haluan dengan dimensi 100/90-19 yang membalut velg palang 9 yang dicat warna merah, sedangkan buritan dipilih ukuran 140/90-16 melingkar velg monoblock. Kesan klasik ini diperkental dengan jok single seater terbuat dari bahan kulit yang dibawahnya ada pegas sehingga tetap nyaman diduduki. Pengapian dibenahi dengan pemasangan Screamin Eagle yang merupakan part pendongkrak HD. Tentu saja keliaran mesin harus bisa dikendalikan,termasuk menghentikan lajunya. Maka dari itu,piringan cakram diameter lebar dengan kaliper multi piston dipercaya untuk mengawalnya.Modifikasi ini tidak berbeda dengan modif HD lainnya yaitu menonjolkan nuansa krom dan balutan warna hitam sehingga memberi kesan macho. "Lebih menantang kalau membangun motor sendiri. Disitulah seninya memiliki motor chopper"tutupnya

Rabu, 27 Januari 2010

Sejarah Motor BMW di Indonesia
















Sepeda motor Bayerische Motoren Werke atau BMW tua masih melintas di jalan-jalan Kota Bandung. Penunggangnya merasa bangga karena motor itu bermuatan sejarah panjang.Pada tahun 1923-1973 atau rentang waktu 50 tahun, perusahaan BMW, Jerman, pernah memproduksi sepeda motor. Jenis pertamanya adalah R-32 (1923-1926) dan terakhir R75/5 (1969-1973).Pada awal kehadirannya, BMW adalah motor yang dipikirkan matang-matang sebelum lahir. Dibutuhkan kendaraan yang kuat dan berteknologi tinggi, tetapi bisa dibeli masyarakat dengan harga murah. Motor itu juga dirancang untuk bisa menjelajah hutan belantara, ladang salju, hingga melibas lintasan balap motor.Menurut Iyan Tjandradinata, penghobi sekaligus Humas BMW Club Bandung (BCB), perkumpulan pencinta motor BMW di Bandung, motor ini mulai masuk ke Indonesia tahun 1950-an. Saat itu, ribuan motor BMW masuk ke Indonesia dengan dua cara. Pertama, lewat jalur pemerintah. Jalur ini hanya mengizinkan BMW dimiliki perwira tentara saat itu.Jalur kedua, melalui swasta dengan membangun tempat pameran dan pemesanan. Ada dua tempat di Bandung, yaitu NV Spemotri, yang saat ini menjadi Bank Niaga di Dago, dan CV Dennbarr di Simpang Lima Bandung. Yang paling banyak masuk Indonesia adalah motor BMW satu silinder 249 cc, yaitu R-25, R26, dan R/27."Dahulu, BMW menjadi semacam kendaraan resmi sebagai pengiring atau pembuka jalan bagi acara kenegaraan.Salah satunya ketika mengawal masuknya bendera Merah Putih ke Bandung tanggal 28 September 1961," katanya.Oleh karena itu, bersama para pencinta BMW yang tergabung dalam BCB, Iyan bertekad mempertahankan keberadaan BMW. Bukan tidak mungkin, varian BMW yang masih tersisa justru banyak ditemukan di Indonesia.Ia memberikan contoh BMW varian R-51/2 500 cc keluaran 1952 yang dimilikinya. Motor ini diyakini hanya ada dua di Indonesia. Lengkap dengan side car-nya, ia yakin tidak mudah menemukan kembarannya.Tawaran dipindahtangankan sudah banyak berdatangan. Namun, bukan semata-mata uang, melainkan kepuasan menjaganya tetap lestari mengasapi jalanan yang menjadi hal utama."Motor ini sudah menemani saya ke berbagai daerah di Indonesia. Kenikmatannya tiada duanya," ujarnya.KebanggaanHal yang sama dikatakan Yanto, pemilik varian langka R-25/2 tahun 1952 atau yang dikenal dengan sebutan BMW Kwaci karena tangkinya mirip kuaci. Menurut dia, BMW miliknya memang berasal dari Jerman. Namun, belum tentu motor serupa saat ini mudah ditemukan di tempat asalnya. Dari ban sampai spion ia datangkan dari Jerman. Bahkan, ia harus mengorbankan empat motor BMW tipe lain untuk diambil bagian tertentu."Menunggangi motor penuh sejarah ini saja adalah suatu kebanggaan. Saya rela berkorban apa dan berapa saja asal motor ini terlihat seperti pertama kali keluar pabrik. Saya ingin anak-cucu bangga menjadi pemilik varian BMW langka yang masih terawat dengan baik," katanya.Mengenai suku cadang, menurut Aan Tjandradinata, sesepuh BCB, bukan masalah. Meski BCB belum lagi aktif, kerja sama dengan pabrikan suku cadang BMW di Jerman masih dilakukan. Hasilnya, suku cadang asli buatan Jerman selalu bisa didapatkan.Penggemar BMW berharap keberadaan motor ini bisa dipertahankan. Mereka sadar, tidak bisa berharap banyak orang akan tetap menggunakan BMW. Namun, bila diminta bermimpi, mereka mengatakan hanya ingin tetap melihat BMW melaju di jalan, bersaing dengan saudaranya yang lebih muda."Mengendarai BMW, bagi saya, tidak sekadar seperti mengendalikan motor biasa. Saya terpancing ikut menjaganya tetap abadi," kata Aan.